Minggu, 17 Januari 2010

Cerita Di Balik Jendela

Dua orang pria, keduanya menderita sakit keras, sedang dirawat di sebuah kamar rumah sakit. Seorang di antaranya menderita suatu penyakit yang mengharuskannya duduk di tempat tidur selama satu jam di setiap sore untuk mengosongkan cairan dari paru-parunya dan unutk menormalkan jantungnya karena denyutnya sangat lemah. Kebetulan, tempat tidurnya berada tepat di sisi jendela satu-satunya yang ada di kamar itu.

Sedangkan pria yang lain harus berbaring lurus di atas punggungnya. Pria ini sering uring-uringan, bahkan tak jarang membentak anggota keluarga yang menjaga dan perawat yang memeriksanya. Tak jarang pula pria yang satu ini bereriak di malam hari (mungkin karena kesakitan) sehingga mengganggu pasien yang lainnya.

Suatu hari di sore yang cerah, seperti biasa pria yang berada dekat jendela ini duduk. Lalu dia melihat keluar jendela, sambil tersenyum dan dengan wajah yg gembira, "Senang sekali ya seandainya aku bisa berjalan-jalan setiap sore di taman itu, tentunya aku tidak ingin kembali di tempat ini lagi." gumamnya sambil tetap terlihat tersenyum.
Melihat hal itu pria satunya yang berada di sebelah tempat tidurnya berkata dengan rasa penasaran, "Apa yang kau lihat di luar sana?"

"Di luar jendela, tampak sebuah taman dengan kolam yang indah. Itik dan angsa berenang-renang cantik, sedangkan anak-anak bermain dengan perahu-perahu mainan. Beberapa pasangan berjalan bergandengan di tengah taman yang dipenuhi dengan berbagai macam bunga berwarnakan pelangi. Sebuah pohon tua besar menghiasi taman itu. Jauh di atas sana terlihat kaki langit kota yang mempesona. Suatu senja yang indah." jelas pria yang duduk

Setiap sore, ketika pria yang tempat tidurnya berada dekat jendela di perbolehkan untuk duduk, ia menceritakan tentang apa yang terlihat di luar jendela kepada rekan sekamarnya. Selama satu jam itulah, pria ke dua merasa begitu senang dan bergairah membayangkan betapa luas dan indahnya semua kegiatan dan warna-warna indah yang ada di luar sana.

Pria pertama itu menceritakan keadaan di luar jendela dengan detil, sedangkan pria yang lain berbaring memejamkan mata membayangkan semua keindahan pemandangan itu. Perasaannya menjadi lebih tenang, dalam menjalani kesehariannya di rumah sakit itu. Semangat hidupnya menjadi lebih kuat, percaya dirinya bertambah.

Pada suatu sore yang lain, pria yang duduk di dekat jendela menceritakan tentang parade karnaval yang sedang melintas. Meski pria yang ke dua tidak dapat mendengar suara parade itu, namun ia dapat melihatnya melalui pandangan mata pria yang pertama yang menggambarkan semua itu dengan kata-kata yang indah. Begitulah seterusnya, dari hari ke hari. Dan, satu minggu pun berlalu.

Suatu pagi, perawat datang membawa sebaskom air hangat untuk mandi. Ia mendapati ternyata pria yang berbaring di dekat jendela itu telah meninggal dunia dengan tenang dalam tidurnya. Perawat itu menjadi sedih lalu memanggil perawat lain untuk memindahkannya ke ruang jenazah.

Kemudian pria yang kedua ini meminta pada perawat agar ia bisa dipindahkan ke tempat tidur di dekat jendela itu. Perawat itu menuruti kemauannya dengan senang hati dan mempersiapkan segala sesuatu ya. Ketika semuanya selesai, ia meninggalkan pria tadi seorang diri dalam kamar.

Dengan perlahan dan kesakitan, pria ini memaksakan dirinya untuk bangun. Ia ingin sekali melihat keindahan dunia luar melalui jendela itu. Betapa senangnya, akhirnya ia bisa melihat sendiri dan menikmati semua keindahan itu. Hatinya tegang, perlahan ia menjengukkan kepalanya ke jendela di samping tempat tidurnya. Apa yang dilihatnya? Ternyata, jendela itu menghadap ke sebuah TEMBOK KOSONG!!!

Ia berseru memanggil perawat dan menanyakan apa yang membuat teman pria yang sudah wafat tadi bercerita seolah-olah melihat semua pemandangan yang luar biasa indah di balik jendela itu.

Perawat itu menjawab, "Sesungguhnya pria tadi adalah seorang yang buta, yang terserang penyakit sangat berat dan akut, bahkan untuk melihat tembok sekalipun dia tidak bisa." lalu dengan tersenyum perawat itu berkata lagi, "Barangkali ia ingin memberi anda semangat hidup, agar anda bisa lebih sabar untuk melawan penyakit" kata perawat itu.

Mendengar hal itu pria tadi berkaca-kaca. Dia merasa sebagai orang yang cengeng, menyebalkan dan selalu menyusahkan orang bahkan kepada mereka yang ingin berbuat baik kepadanya.
Dan sejak saat itu pria itu tidak lagi suka marah-marah, tidak lagi berteriak meski kesakitan dan selalu tersenyum setiap melihat di luar jendela. Mungkin dia tidak melihat apa-apa, tapi dia membayangkan cerita-cerita indah pria sebelahnya yang selalu menggambarkan keindahan di luar sana.

Ujaran-ujaran yang bersemangat, tutur kata yang membangun, selalu menghadirkan sisi terbaik dalam hidup kita. Menyampaikan setiap ujaran dengan santun, akan selalu lebih baik daripada menyampaikannya dengan ketus, gerutu, atau dengan kesal.
Menyampaikan keburukan, sebanding dengan setengah kemuraman, namun, menyampaikan kebahagiaan akan melipatgandakan kebahagiaan itu sendiri.
Ada hal-hal yang mempesona saat kita mampu memberikan kebahagiaan kepada orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar